AksaraNews – Kami kini merasa asing di tanah sendiri; demikian ungkapan kesedihan masyarakat desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali. Pagi pukul 09 WITA, ratusan masa yang menggabungkan diri dalam Forum Komunikasi Keluarga Besar Pesisir Kepulauan Kabupaten Morowali berseru dengan berang.
Mereka melakukan protes di kompleks Pembangunan Smelter International Green Industrial Parkir (IGIP), Kamis (11/9/2025). Pabrik pemurnian ore nikel raksasa hasil kolaborasi PT GEM, PT Vale Indonesia dan Danantara itu, dinilai abai menunaikan kewajibannya.
Perusahaan yang mestinya membawa angin segar bagi masyarakat Sambalagi, malah sebaliknya, menciptakan kesenjangan struktural hingga menghambat pertumbuhan ekonomi warga lokal.
“Kami tidak menolak pembangunan, tapi menuntut keadilan. Kami ingin menjadi bagian dari kemajuan, bukan sekadar penonton di kampung halaman sendiri,” terang Jendlap Forum Komunikasi Keluarga Besar Pesisir Kepulauan, Irfan Mualim.
Perlakuan tenaga kerja lokal yang tidak adil, pengusaha lokal yang terpinggirkan, polusi udara akibat debu yang tidak terkendali, pembangunan pasar, air tercemar dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tidak tepat sasaran adalah sederet masalah yang ditimbulkan kata Irfan.
Karena itu, mereka menuntut keadilan. Perusahaan harus membuka jalur pembinaan khusus bagi karyawan lokal agar kapasitasnya ditingkatkan, sebagaimana telah disepakati oleh PT Anugerah Tambang Industri (ATI) dengan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Morowali pada 30 Januari 2023.
Kemudian, menerapkan kebijakan afirmatif, memberikan prioritas bagi pelamar lokal, serta memastikan minimal 50 persen dari seluruh tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal sebagai bentuk komitmen nyata.
“Warga lokal seringkali hanya ditempatkan pada posisi pekerja lapangan yang minim jenjang karier, sementara jabatan strategis justru didominasi oleh pendatang,” kesalnya.
Operasional perusahaan kata Irfan, seringkali menggunakan jasa dari luar daerah, membuat warga lokal hanya menjadi penonton di rumahnya sendiri. Ini bukan semata soal ekonomi, melainkan juga tentang penghormatan. Melibatkan pengusaha lokal adalah cara untuk menghargai mereka sebagai tuan rumah.
“Pemberdayaan mereka bukan hanya akan mendongkrak ekonomi masyarakat, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan saling menguntungkan,” pungkasnya.(Bar)